PADA saat para perancang program Konspirasi mengumumkan perang terhadap Asquith yang menentang Zionisme, Inggris tiba-tiba dihadapkan pada krisis dahsyat di bidang produksi kimia sebagai bahan dasar bagi industri senjata perang dan amunisi. Direktur produksi bahan kimia di Inggris ketika itu adalah seorang Yahudi bernama Sir Frederick Nathan. Ia memberikan tender bahan-bahan kimia kepada perusahaan Browner-Mond dengan kredit besar dari pemerintah sebagai bantuan.
Sedang pemilik perusahaan itu tidak lain adalah dua orang pengusaha Yahudi terkenal, yaitu Browner dan Mond itu sendiri yang diambil sebagai nama perusahaannya. Kemudian perusahaan itu membangun pabrik kimia raksasa di kota Silvertown dengan biaya dari bantuan kredit pemerintah itu. Ketika pabrik ini mulai memproduksi bahan-bahan kimia, kebutuhan bahan kimia pemerintah segera bisa diatasi.
Pada saat itu media massa yang kebanyakan telah dikuasai oleh Konspirasi segera menyanjung keberhasilan Browner dan Mond sebagai patriot yang dibanggakan Inggris. Pada saat negara sedang dikepung oleh ancaman krisis persenjataan, mereka tampil sebagai juru selamat. Sedang kecaman pedas dibebankan kepada pemerintah. Tidak lama kemudian, setelah proyek Silvertown beroperasi, terjadi ledakan dahsyat yang menghancurkan pabrik tersebut beserta 800 rumah di sekitarnya.
Akibatnya, produksi bahan kimia macet dan kembali pula krisis mengancam pemerintahan Asquith. Sedang para pahlawan palsu beserta para perancangnya telah selamat dari kecaman, dan mendapat sanjungan serta pujian. Sebagai penutup perlu kita ingatkan, bahwa Mond yang bergelar Sir Alfred Mond itu, yang kemudian menjabat pengawas produksi bahan kimia Inggris, di samping sebagai wakil pemerintah dalam produksi persenjataan di kerajaan itu adalah kelak menjadi kepala perwakilan Yahudi di Palestina.
Telah kita ketengahkan peristiwa yang terjadi berturut-turut, hingga jatuhnya pemerintahan Asquith, yang kemudian digantikan oleh pemerintahan tiga serangkai, yaitu Lloyd George, Balfour dan Churchill. Kemudian menyusul berbaliknya perimbangan kekuatan dalam Perang Dunia I, setelah Balfour mengadakan kunjungan ke New York untuk menghubungi para pemilik modal internasional.
Mungkin timbul pertanyaan di benak kita mengenai sebab yang memaksa menteri luar negeri Inggris harus pergi ke New York untuk menghubungi mereka. Padahal, kelompok Rothschild punya pusat kegiatan di London, sebagaimana beberapa kali telah kita singgung. Untuk menjawab pertanyaan seperti itu, kita bisa melihat Encyclopedia Yahudi mengenai gerakan Zionisme sebagai berikut :
“Perang Dunia I telah memaksa pusat organisasi Zionisme di Berlin berpindah ke New York. Seluruh kekuasaan dan wewenang diserahkan kepada Komite Darurat Zionisme di bawah pimpinan seorang jaksa agung Amerika L.B. Brandes.”
Dalam kaitan ini, seorang penulis berkebangsaan Inggris mengatakan dalam bukunya berjudul Waters Flowing to the East halaman 51 :
“Sejak itu, yaitu perpindahan pusat Zionisme dari Berlin ke Amerika, pengaruhnya tampak makin bertambah besar dalam kehidupan politik di Amerika dan Eropa. Perwakilan imigrasi Yahudi telah berubah menjadi kekuatan yang mampu mengirimkan dana dan informasi penting kepada kelompok sabotase di setiap negeri di dunia.”
Kemudian seorang pengamat Amerika dalam bidang peperangan M. Harrisburger menambahkan dalam bukunya My Experiences in the First World War halaman 145-146 :
“Perusahaan milik orang Yahudi, Eliyans telah mentransfer uang sebesar 700.000 Franc Perancis pada 16 Maret 1916 kepada The Grand Eastern Lodge di Paris, dan kepada The Grand Eastern Lodge di Roma sebesar 1 juta Lira Italia pada tanggal 18 Maret tahun yang sama. Hal ini telah tercatat dalam dokumen perkumpulan itu. Tidaklah keliru, kalau kita meragukan, bahwa uang sebesar itu hanya untuk dibagikan kepada orang-orang Yahudi miskin. Jumlah itu sangat besar waktu itu. Di sana pasti ada tujuan lain”.[]
BERSAMBUNG
Sumber: Yahudi Menggenggam Dunia/ William G. Car/Pustaka Al-Kautsar
0 komentar:
Posting Komentar